Iklan

Jumat, 06 Maret 2015

Cinta itu Seperti Matematika

Keputusanmu membuat saya harus berfikir ulang. Berfikir sekali lagi agar benar-benar yakin atas pilihanku untuk menikahi dirimu. Aku Laki-laki, sudah sepatutnya untuk menjemputmu dari orang tuamu namun kamu berkata lain. Kamu lebih mementingkan perasaan kakakmu daripada diriku, kenapa harus seperti itu??? Aku bukan anak kecil, aku bukan anak remaja, usiaku sebentar lagi menua. Aku hampir kepala tiga dan kamu masih berfikir untuk menunda pernikahan. Apakah pernikahan kita itu harus di ramaikan??? harus di "wah"-kah??? bukankah agama kita sudah memudahkan untuk kita menikah. tak bisakah kamu berbaik sangka pada Allah kalau menikah itu cukup Ijab dan Qabul dengan penghulu??? Aku tidak dapat menunggu selama itu, aku ini punya target dan jika kamu memang tidak mau menikah dengan ku ya sudahlah mau gimana lagi, cukuplah kita menjadi sahabat, sahabat baik seperti awal kita saling mengenal.

Aku tidak bisa menjanjikan hidup kita lancar dan berkecukupan dan dilimpahi materi, namun aku mengajak kamu untuk sama-sama berjuang dalam suka maupun duka agar kita dapat mengukur diri kita. Cinta denganmu ibarat Matematika, penuh pertimbangan dan penuh perhitungan seperti memperhatikan bibit, bebet dan bobotnya. Jika memang harus sampai disini perjalanan kita, dan kamu ingin mencari jati dirimu yang sebenarnya maka aku menyerah kalah, aku tak bisa kau gantung seperti ini dan kamu pun gak mau menggantungkan anak orang kan??? maaf harus seperti ini, aku tidak cukup punya nyali untuk mengatakannya langsung, kuharap kita dapat bersahabat baik.

###

Rosa menatap surat beramplop merah dengan hati bergetar dan menatap nanar, tak kuasa membaca lembar demi lembar surat dari Adi kekasihnya, dia menangis sesenggukan di dalam rumah kostnya, sendiri tanpa kedua temannya yang pulang karena besok libur nasional. sekali lagi dia buka lembar demi lembar surat itu, Adi memutuskan tali cintanya, karena berbagai alasan konkrit yang tak bisa dia terima. Rosa memang mencintainya namun karena lebih mementingkan perasaan kakaknya yang belum menikah maka dia harus bertindak tegas, tragis bagi keduanya karena sudah berhubungan sebagai sepasang kekasih sudah tiga tahun lamanya.

Adi seorang yang pendiam, introvert dan jarang bicara jika tanpa keperluan, Adi mengenal Rosa ketika sama-sama bertemu di acara Ospek kampus, ketika itu Adi adalah panitianya dan Rosa menjadi anak baru yang di Ospek. Di acara Ospek memang Adi terkesan humble dan dekat dengan peserta Ospek namun dalam kehidupan sehari-hari si Adi kurang bersosialisasi. Entah darimana Adi dan Rosa ini menjadi sepasang kekasih namun di situlah mereka seperti berjodoh. Rosa seorang perempuan mandiri dan periang, dia tidak suka jika lawan bicaranya diam dan tak mersponnya. Rupanya Rosa tertarik pada Adi karena Adi orangnya berbeda 180 derajat ketika diluar kampus, Rosa terus saja mengikuti Adi dan memberikan pertanyaan seputar kehidupannya. Rosa ikut kegiatan jurnalistik dan distulah dia melatih kelebihannya di bidang itu dengan cara "mewawancarai Adi". Karena kedekatannya mereka yang begitu intens tak terasa Adi tertarik pada Rosa dan Rosa pun juga sama, Adi menyatakan cinta pada Rosa ketika selesai kegiatan UAS semester pertama dan mereka adalah sepasang kekasih yang kompak, dimana ada Adi di situ ada Rosa dan dimana ada Rosa di situ ada Adi, maka tak heran jika  anak kampus biru menyebut mereka adalah pasangan yang perfect.

###

Namun itu dulu tiga tahun yang lalu, tiga tahun masa-masa indah berpacaran membuat mereka berfikir akan kemana selanjutnya. Adi lulus Sarjana dengan baik dan mendapatkan kriteria Cum Laude, Adi seorang yang cerdas tak heran pula banyak temannya yang meminta bimbingan skripsi dan ujian, tak terkecuali Rosa. Rosa pun sama dia dibantu oleh kekasihnya hingga dapat lulus dengan tepat waktu. Karena prestasinya itu pihak Fakultas memberikan kesempatan untuk menjadi dosen tetap di kampus. Setelah menjadi Dosen, pemikiran Adi semakin berkembang dalam hidupnya. Hidupnya mengalami kekeringan, sudah saatnya dia untuk menikah. Adi lalu berbicara pada Rosa apakah dia siap untuk menikah dan hidup bersamanya dalam suka maupun duka. Namun, jawaban penolakan justru keluar dari mulut Rosa, secara halus Rosa memberikan alasan nanti ketika hidup bersama dimana akan tinggal, terus bagaimana dengan biaya pernikahan apakah sudah ada tabungan untuk persiapan pernikahan dan sebagainya. Sebuah jawaban yang mengecewakan bagi Adi tentunya.

Maka esoknya Adi benar-benar tegas pada Rosa, bahwa Cinta dengannya ibarat matematika, penuh perhitungan dan pertimbangan. Rosa pun di ultimatum apakah mau menikah dengannya atau tidak. Rosa membalas dengan SMS di WA:

"Mas, jika dirimu memaksaku untuk menikah maka silahkan cari wanita yang lain. Yang siap kamu nikahi tahun ini, maaf aku gak bisa menikah tahun ini. Aku masih punya kakak perempuan yang masih belum nikah. Maaf ya, aku gak ingin gantungin anak orang. Jika Mas mau menikah tahun ini silahkan"

Maka, Adi pun tak dapat berbuat banyak, dia segera mengambil pena dan kertas ditulislah apa-apa yang dianggap perlu untuk membalas WA -nya Rosa. Cinta memang tidak dapat dipaksakan, cinta harus sama-sama ikhlas. Maka Adi pun menjawab WA Rosa dengan sehelai surat, yang isinya memutuskan hubungan sebagai seorang kekasih dan kembali seperti semula yakni sahabat, berderailah air mata Rosa, sudah terlambat untuk minta maaf, Adi sudah pergi dan akan menikahi gadis pilihan orang tuanya.

 "Adi, maafkan aku" 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar