Iklan

Kamis, 26 Juni 2014

MERUBAH STRATEGI DAKWAH

              Aksi kekerasan, demo anarkis, tawuran, KDRT hingga bullying yang terjadi di sekolah merupakan wujud-wujud perilaku tak terpuji. Maraknya aksi kekerasan membuat miris kita. Aksi ini jika kita telaah dilakukan oleh orang yang mengaku beragama. Ajaran Islam sangat benci segala bentuk kekerasan. Nabi Muhammad SAW sendiri diutus dalam upaya menyempurnakan akhlak manusia. Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlak. Dalam Islam kedudukan akhlak sangat penting merupakan "buah" dari pohon Islam berakarkan akidah dan berdaun syari’ah. Segala aktivitas manusia tidak terlepas dari sikap yang melahirkan perbuatan dan tingkah laku manusia. Mungkin kata dalam Bahasa Indonesia yang paling mendekati makna akhlak adalah budi pekerti.
Sayangnya, dikalangan umat Islam persoalan budi pekerti ini kurang digambarkan secara baik, benar dan lengkap dibandingkan dengan penjelasan tentang syariat misalnya sholat. Sehingga oleh karena tidak mengenal secara sempurna hakekat akhlak dalam praktek sehari-hari yang dicontohkan Nabi. Akibatnya, tingkah laku budi pekerti banyak Muslim tidak Islami. Akhlak terbagi dua jenis yakni akhlak terpuji dan akhlak tercela.

Akhlak terpuji.
Akhlak terpuji dicontohkan Nabi. Dalam Al Quran disebutkan bahwa Nabi Muhammad memiliki akhlak yang agung (QS Al-Qalam: 4). Akhlak terpuji dicontohkan Nabi seperti membantu sesama manusia dalam kebaikan, kebajikan, memuliakan tamu, menghormati orang lain, saling menghindari permusuhan/pertengkaran, menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, bermusyawarah dalam segala urusan untuk kepentingan bersama. Sayangnya, perbuatan dan tingkah laku terpuji diatas jarang disosialisaikan / dipraktekkan secara nyata, merata dan berkelanjutan oleh para pendakwah atau pemuka agama. Kekuatan dakwah di negara kita masih seputar dakwah bil lisan (dakwah dengan kata-kata) yang acapkali disiarkan sejumlah media cetak dan elektronik. Memang tidak salah berdakwah seperti itu, Hanya saja dakwah bil lisan perlu diikuti atau bersamaan dakwah bil hal (dakwah dengan contoh perbuatan yang terpuji). Kata dan perbuatan satu hal yang berbeda. Seringkali ada ungkapan tidak satunya kata dengan perbuatan. Bahkan Proklamator Bung Karno mengingatkan pentingnya menyatukan kata dan perbuatan. Ungkapan ini amat pas dan tepat dialamatkan kepada kebanyakan masyarakat kita termasuk para elite nya. Manusia dapat saja mahir menjelaskan ajaran agama dengan kata-kata tetapi belum tentu mahir dalam melakukan perilaku yang terpuji. Justru orang yang tidak menyatukan kata dan perbuatan termasuk melecehkan ajaran agama. Allah sangat murka dengan orang-orang tipe seperti ini (Al Quran Surat Shaff: 61: 2-3). Pesan kedamaian yang dikandung dari akhlak terpuji bila benar-benar dipraktekkan secara nyata akan mampu menciptakan iklim kerukunan umat beragama yang hakiki.

Akhlak Tercela
Akhlak tercela sangat dibenci dan tentu bukan merupakan tingkah laku yang diajarkan oleh agama (Islam). Contoh akhlak tercela yang sering mengemuka di negara ini adalah pemaksaan kehendak sekelompok masyarakat dalam bentuk tekanan bahkan kekerasan. Dalam konteks ini - meminjam istilah Buya Syafii Maarif Mantan Ketua Umum Muhammadiyah - bahwa mereka yang gemar melakukan kekerasan atas dasar agama seolah merasa benar di jalan yang sesat. Sumber kekerasan berasal dari sifat Al-Ghadhab atau mudah marah yaitu kondisi emosi seseorang yang tak terkendali dan tak dapat ditahan oleh kesadarannya yang memunculkan perilaku tidak menyenangkan terhadap orang lain. Perbuatan tercela semacam ini dipastikan berasal dari orang yang bermasalah dalam keimanan. Akhlak buruk merupakan manifestasi dari sifat-sifat syaitan dan iblis dengan tugas utama dan satu-satunya untuk menjerumuskan manusia di dunia ini agar berperilaku menyimpang tidak sejalan koridor ajaran agama. Dalam Al Quran diungkap bahwa Iblis adalah makhluk sombong. Tatkala disuruh Allah bersujud terhadap Adam, ia menolak dan mengatakan “aku lebih baik dari manusia karena aku berasal dari api sedang manusia terbuat dari tanah”. Iblispun pantang bersujud. Allah murka dan menghukumnya Iblis keluar dari surga. Iblis minta kepada Allah diberi kesempatan untuk menjerumuskan manusia. Peristiwa ini diabadikan Allah dalam Al Baqarah dan surat lain pada Al Quran.



Peran Tokoh Agama
Akhlak atau budi pekerti memainkan peran penting dalam kehidupan antar umat beragama. Para ustad, Kyai, Pendeta, Pastor, Bikhu atau penggiat dakwah lainnya paham makna penting posisi akhlak dalam hidup dan kehidupan. Di awal telah diungkap hadist dan ayat Al-Quran mengisyaratkan agar umat Islam (Muslim) senantiasa memiliki akhlak mulya. Dalam Islam contoh akhlak mulya dapat dipelajari dari sejarah kehidupan Rasulullah. Diceritakan dalam sejarah Islam betapa Nabi sangat mengasihi sesama manusia walau mereka beda keyakinan agama. Dikisahkan suatu waktu bahwa Nabi secraa rutin memberikan makan dengan menyuapi seorang tua tuna netra beragama Yahudi. Orang ini tidak menyadari bahwa yang menyuapi dirinya seorang Nabi yang selalu diejek, dicaci maki dan dibencinya. Bahkan saat Nabi menyuapinya, sang tunanetra ini selalu bercerita ketidaksukaannya terhadap Muhammad. Tetapi Nabi dengan sabar mendengar celotehan yang menghina itu. Nabi tidak ambil pusing beliau tetap memberi makan, menyuapi dengan penuh kesabaran. Hingga akhirnya Nabi wafat. Beberapa hari setelah itu tidak ada yang menyuapinya. Lalu Sahabat Abu Bakar mengganti tugas Nabi menyuapi orangtua tersebut. Serta merta orangtua tunanetra ini kaget karena merasa “sentuhan” suapannya berbeda. Kemudian terjadi dialog kurang lebih seperti ini “siapa engkau hai orang yang menyuapiku?, Aku Abu Bakar”, jawab Sahabat. Lantas orang tua tunanetra itu berkata “selama ini aku disuapi oleh orang yang sangat lembut dan sabar”. Abu Bakar berkata bahwa orang yang menyuapinya selama ini sebenarnya adalah Muhammad Rasullullah dan kini telah wafat. Sontak sang tua tunanetra itu kaget bukan kepalang, Rupanya orang yang sering dihujat dan dihinanya, adalah Nabi Muhammad itu sendiri. Ia sedih dan menyesal. Tidak menyangka orang yang menyuapinya dengan lembut adalah Muhammad Rasulullah yang telah lama dibencinya. Ia terperangah karena curhat dan caci makinya terhadap Muhammad malah didengar langsung sang Nabi yang tanpa sedikit pun menunjukkan ketersinggungan apalagi marah. Bahkan Nabi dengan sabar dan lembut tetap menyuapinya. Inilah satu kisah dari sekian banyak kisah akhlak Rasul. Belajar dari hal ini, kiranya para pendakwah/tokoh agama perlu mengedepankan budi pekerti/akhlak mulya dalam tindak laku kehidpuan sehari-hari. Pendidikan agama hendaklah memperkuat sisi dakwah bil hal, memberi contoh kongkrit tentang indahnya perdamaian, saling mengasihi dan bertoleransi, tanpa kekerasan. Musyawarah merupakan satu cara dalam menyelesaikan konflik . Porsi muatan akhlak paling tidak seimbang dengan muatan syariah dan akidah tatkala tokoh agama menyampaikan dakwahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar